1. BANGUNAN BERTINGKAT
Sebenarnya teknologi gedung bertingkat didunia telah lama dikenal,
bahkan ada beberapa gedung yang tinggi dan terkenal yang telah dapat
diselesaikan dibeberapa negara, seperti:
Empire State Building ,
total ketinggian 381 m terletak di New York
World Trade Centre
Building , total ketinggian 417 m terletak di New York
Sear Towers Building ,
total ketinggian 443 m terletak di Chicago
Bank of China Tower
Building , total ketinggian 368 m terletak di Hong Kong
Petronas Tower Building ,
total ketinggian 450 m terletak di Kuala Lumpur
2. KARAKTERISTIK BANGUNAN BERTINGKAT
Berbeda dengan bangunan
yang lain , maka proyek gedung bertingkat memiliki karakteristik yang spesifik,
khususnya dalam teknologi pelaksanaannya.
Beberapa hal yang
spesifik antara lain sebagai berikut :
1. Urutan pekerjaan
Tiap bagian pekerjaan sangat terkait
dengan bagian pekerjaan yang lain , sehingga perlu disusun urutan
pelaksanaannya.
2. Jenis Pekerjaan
Bangunan gedung, dikenal memiliki
banyak jenis kegiatan dan memerlukan banyak jenis material dengan berbagai
macam spesifikasi.
3. Kegiatan Pengangukan Vertikal
Angkutan vertikal ini merupakan
jantungnya kegiatan dari proyek gedung bertingkat dan sangat besar pengaruhnya
terhadap kelancaran pelaksanaan.
4. Keselamatan kerja
Banyak kegiatan pekerjaan yang rawan
terhadap kecelakaan , baik disebabkan oleh manusia , alat , material, maupun
desain dan metode yang tidak aman
5. Keterbatasan Lokasi
Pada umumnya letak lokasi proyek ada
ditengah kota yang terbatas areal kerjanya
6. Air Tanah
Khususnya untuk bangunan bertingkat
yang memiliki ruang basement yang dalam , kondisi air tanah setempat akan cukup
berpengaruh pada proses pelaksanaan
Dari
beberapa kondisi yang spesifik tersebut , maka proses pelaksanaan gedung
bertingkat tinggi sangat perlu didahului dengan pekerjaan – pekerjaan persiapan
untuk menjamin kelancaran dan keamanan proses tersebut .
3. PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum
pekerjaan pokok dimulai, untuk menjamin lancarnya pelaksanaan perlu dilakukan
dan dipikirkan hal-hal yang mempengaruhinya , antara lain sebagai berikut :
Access
Road ( Jalan Masuk )
Ditintau
dari lokasinya ada dua Access Road , yaitu :
1. Off Site Access
Jaringan
jalan yang ada di luar lokasi dimanfaatkan sebagai access road. Untuk itu perlu
diketahui hal-hal sebagai berikut :
-
Apakah ada
yang perlu pelebaran
-
Apakah ada
yang perlu perkuatan
-
Apakah ada
peraturan lalu lintasatau peraturan daerah yang perlu diperhatikan.
2. On Site Road
Didalam lokasi
sendiri , diperlukan juga jalan untuk transportasi dalam lokasi dan pergerakan
dari peraltan yang digunakan. On site access ini perlu direncanakan sebaik
baiknya, terutama untuk menghindari gangguan yang ada di dalam lokasi.
Site Plan
Lahan pada lokasi
proyek perlu direncanakan sebaik-baikya untuk keperluan menampung dan mengatur
seluruh kegiatan yang ada dilokasi.
Pedoman
Pengukuran
Agar bangunan
dapat diletakan pada posisi yang diinginkan sesuai rencana maka diperlukan
pedoman-pedoman pengukuran.
Alat Angkat
Pemilihn
alat angkat yang digunakan serta letak dan pergerakannya perlu ditetapkan /
direncanakan lebih dahulu
Jenis Alat Angkat
Dari
objek yang diangkat , maka alat angkat dibagi menjadi dua yaitu :
-
Alat angkat
barang kecil dan tenaga kerja yaitu passenger host
-
Alat angkat
barang besar yaitu mobile crene atau tower crene
Letak Alat Angkat
Untuk mobile crane , karena sifatnya bergerak
bebas tidak tergantung pada letaknya. Sedangkan untuk tower crane dan passenger
hoist perlu direncanakan letaknya secara tepat karena akan mempengaruhi
produktifitas kerja
4. PEKERJAAN DEWATERING
Sebelum galian tanah untuk basement dimulai harus
sudah dipersiapkanpekerjaan pengeringan ( dewatering) agar air tanah yang ada
tidak menggangu proses pelaksanaan basement.
Metode pengeringan dipilih tergantung
beberapa faktor antara lain :
-
Debit
rembesan air
-
Jenis tanah
-
Kondisi
lingkngan sekitarnya
Ada tiga macam cara pengeringan yang dapat dipilih yaitu :
1.Open Pumping
Metode Open Pumping dipilih bila :
-
Karakteristik
tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi
-
Debit
rembesan air tidak besar
-
Sumur /
selokan untuk pemompaan tidak menggangu bangunan yang akan dilaksanakan.
2. Predrainage
Metode ini di pilih bila :
- Karakteristik tanah lepas , berbutir seragam , candas lunak dan banyak
celah
- Debit Rembesan cukup besar dan tersedia saluran pembuangan air
- Slope tanah sensitif terhadap erosi
- Tidak mempunyai efek menggangu bangunan disekitarnya
3.Cut Off
Metode ini dipilih bila
-
Kondisi sama
dengan pemilihan predrainage
-
Dinding cut
off difungsikan juga sebagai penahan tanah atau sebagai dinding basement
Penurunan MAT akan menggangu / merugikan lingkungan sekitarnya
5. PEKERJAAN FONDASI
Untuk gedung bertingkat
pada umumnya menggunakan Fondasi Dalam, hingga mencapai kedalamaan dimana daya
dukung tanah sudah cukup tinggi. Fondasi
dalam , biasanya berbentung tiang dan ada tiga jenis , yaitu
1. Tiang Pancang
Ditinjau dari jenis material , tiang
pancang dapat dibuat dari beton bertulang, baja ( pipa , Baja profil )
2. Tiang bor ( Bored Pile )
Tiang bor dibuat dari beton bertulang,
dan jenis tiang bor inimemiliki daya dukung yang jauh lebih besar dibanding
tiang pancang .
3. Tiang Franki ( Franki Pile )
Sistem Franki Pile, dilihat dari
proses pelaksanaannya , menggunakan kombinasi antara pemancangan dan
pengecoran.
6. PEKERJAAN GALIAN
Metode galian yang
dipilih dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
-
Luas Tanah
-
Kedalaman
galian
-
Jenis tanah
dan strukturnya
Untuk pekerjaan galian ini , terlebih- lebih galian yang dalam , sudah
harus dipikirkan construction safrty, agar dapat menghindari kecelakaan .
Secara garis besar metode penggalian dibagi menjadi dua yaitu Galian Terbuka
Tanpa Penahan dan Galian dengan Penahan
7. CONCRETE DIAPHRAGM WALL
Yang dimaksud Concrete diaphragm wall
adalah sebuah dinding beton yang proses pembuatannya / pengecorannya dilakukan
didalam tanah , dimana biasanya memiliki fungi tripel yaitu:
-
Sebagai cutt
off dewatering sistem pada saat pekerjaan galian basement
-
Sebagai
dinding penahan tanah galian basement
-
Sebagai
dinding permanen bagi basement
Dengan fungsi yang banyak tersebut , maka penggunaan concrete diaphragm
wall akan menjadi efisien.
8. STRUKTUR BASEMENT
Struktur basement gedung bertingkat (
tidak termasuk fondasi tiang) secara garis besar terdiri dari
-
Raft
foundation
-
Kolom
-
Dinding
basement
-
Balok dan
plat lantai
Struktur-struktur tersebut diatas, yang dibahas adalah struktur beton
bertulang dengan sistem dicor ditempat ( cast in place ). Pelaksanaan struktur
basement saat ini ada dua cara yaitu Sisten Konvensional dan Sisten Top Down
9. PILE CAP DAN GROUND BEAM
Untuk bangunan yang tidak memiliki
basement terlalu dalam ( misal pada bagian podium / di luar bagian tower ) ,
biasanya tidak menggunakan raft foundation , maka fondasinya adalah pile cap (
yang menumpu pada tiang pancang / tiang bor ) dan ground beam ( yang menghubungkan
antar pile cap ) .
10. STRUKTUR ATAS
Untuk gedung bertingkat
tinggi , dengan menggunakan struktur beton bertulang , struktur atas yang utama
adalah terdiri dari :
1. Core wall / shear wall
Core wall utuk bangunan bertingkat
tinggi memiliki fungsi sebagai struktur pengaku bangunan terhadap gaya
horizontal . Pada umumnya struktur core wall tersebut dimanfaatkan sebagai
ruang angkutan vertikal, dapat berupa lift dan atau tangga biasa.
2. Balok , plat dan kolom
Menurut struktur , urutan pelaksanaan
ketiganya adalah sebagai berikut :
-
Kolom
-
Balok ( dapat
bersamaan dengan plat / slab)
-
Pelat / Slab
( termasuk tangga )
11. PEKERJAAN FINISHING
Finishing gedung bertingkat , sangat
penting sekali perannya karena akan menunjukan atau mewakili kualitas tampilan
dari gedung yang bersangkutan . Upaya melakukan pekerjaan finishing juga
dipengaruhi oleh kualitas pekerjaan struktur . Pekerjaan struktur yang kurang
baik memang dapat ditutupi oleh pekerjaan finishing , namun akan menyebabkan
tambahan biaya dan waktu bagi pelaksanaan pekerjaan finishing itu sendiri .
Referensi : Asiyanto.2008.Metode Konstruksi Gedung Bertingkat.Universitas Indonesia
(UI-Press)